Penerjemah: Vee
Editor: Switch, Phenk
Hei, Kazuma, bangunlah ....
Bagian 5
“Hei, nasinya kurang! Terus, bagian atas daging ini, aku ingin tambahkan
mayones! Hoi, siapa yang memasak ini?! Aku ingin
bertemu dengan juru
masaknya—!”
Aku masih depresi karena telah membuat kesalahan yang fatal,
dan si
berandalan di sampingku ini berisik
sekali.
Pria yang ditahan karena makan tidak bayar
sekarang malah pilih-pilih
soal
kualitas makanan. Mungkin
aku juga harus meniru
sikapnya dia yang tidak tahu malu itu.
....
Meski sebenarnya aku tidak
ingin melakukan hal sebejat itu.
“Hei, Kazuma. Semangat, dong. Aku saja entah sudah berapa kali jadi terdakwa di
pengadilan dan sampai tidak bisa terhitung dengan jariku.
Kau tidak akan menjadi petualang sejati
jika
belum pernah masuk ke
kantor polisi. Kita berdua besok akan dibawa ke pengadilan, jadi ayo makan sepuasnya dan istirahat yang cukup.
Aku akan memberimu beberapa makanan enak. Polisi di sini tidak suka kekacauan,
jadi mereka akan mengabulkan apa pun permintaanmu jika kau berani mengeluh
sedikit.”
Setelah berkata begitu, Dust mulai mengeluh lagi dengan suara yang keras
sampai terdengar ke seluruh kantor.
Tapi pada akhirnya, polisi memperingati
Dust agar tidak macam-macam dan memukulnya. Dust tiba-tiba jadi diam dan aku pun beranjak tidur untuk bersiap menghadapi hari esok.
—Semakin
larutnya malam, aku terbangun karena guncangan dan suara ledakan dari kejauhan,
seperti kemarin malam.
Aku langsung duduk dan mendengar suara Aqua berbicara dengan pelan, “Kazuma! Hei, Kazuma, bangunlah!”
Mendengar suaranya, aku beranjak ke tembok dekat jendela
dan berkata:
“Ternyata kau ke sini lagi. Apa yang
terjadi kemarin malam?
Apa semuanya baik-baik saja?”
“Megumin dan Darkness yakin kalau tidak
ada yang melihat mereka saat melarikan diri, tapi mereka masih dicurigai atas
insiden ledakan karena beberapa alasan. Kemampuan investigasi di dunia ini memang
luar biasa. Tapi jangan khawatir, aku sudah memaksa mereka mengenakan tudung
yang mereka tidak sukai, supaya mereka tidak bisa ditemukan kali ini.”
Tidak peduli bagaimana kau mengatasinya,
yang jadi masalah bukan karena tidak terlihat ketika melakukan tindakan
kriminal, tetapi jumlah orang yang bisa menggunakan sihir ledakan di kota ini itu
hanya sedikit.
“Kesampingkan dulu soal itu,
aku sudah menunggumu dari
kemarin malam, tahu! Kenapa kamu
masih belum melarikan diri? Aku menunggumu sampai kepalaku penuh tumpukan
salju, aku bahkan sampai dipergoki polisi beberapa kali, ngenes banget, asli.”
“Itu karena gemboknya tidak pakai kunci, tapi pakai sandi dengan
digit angka
yang diputar. Dan lagi pula
aku tidak memiliki kemampuan untuk membobol gembok, jadi mana bisa aku membobolnya hanya dengan seutas
kawat.”
Mendengar perkataanku, Aqua lalu diam
sejenak.
“... Boleh juga kantor polisi ini, aku
tidak menyangka penjara mereka keamanannya
sangat ketat.”
“Itu cuma gembok 8 digit, hoi. Yang lebih
penting, apa yang kau rencanakan sekarang? Jika aku tidak kabur malam ini, aku
akan disidak besok di pengadilan.”
Mendengarku berkata seperti itu, Aqua
mendengus beberapa kali, dia terlihat sangat percaya diri.
Dari mana kepercayaan dirinya itu
berasal?
“Rencana yang kemarin masih asal-asalan,
kali ini aku sudah
mempersiapkan dua buah gergaji.
Aku akan melemparkan satu ke sana.”
.... Gergaji?
“.... Kau ingin menyuruhku memotong
jendela besi itu dan melarikan diri?”
“Maka dari itulah, karena batas waktunya sampai besok
siang dan kita tidak punya banyak waktu, jadi cepat lakukan saja!”
Setelah mengatakan itu, Aqua melempar
sebuah gergaji melalui cela-cela jeruji besi.
Aku mengerti, jika kita berdua bekerja sama, kita bisa mempercepat proses
pemotongan jeruji besinya.
Tapi masalahnya—
“.... Jendelanya terlalu tinggi dari sini, aku
tidak bisa mencapainya.”
Jendelanya dipasang di tempat yang cukup
tinggi di dinding untuk mencegah para tahanan kabur,
aku bahkan tidak bisa meraihnya meskipun melompat.
“Jangan khawatir. Aku tidak bodoh. Aku sudah memperkirakan hal seperti
ini akan terjadi. Karena
itulah aku sudah antisipasi dengan membawa tangga.
Kamu
bisa memotong jendelanya menggunakan tangga ini. Jika hanya satu orang yang memotong akan memakan banyak waktu, tapi
jika kita berdua bekerja sama
pasti akan sempat.”
Begitu
rupanya.
“Lalu, bagaimana caramu memasukkan tangga
itu kemari? Dorong paksa
masuk
melalui cela-cela jeruji besi?”
Aqua lalu terdiam beberapa saat ketika
aku menanyakan hal sesimpel
itu.
“…. Tunggu sebentar.”
Setelah mengatakan hal itu, Aqua
berlari.
Tidak lama kemudian—
“Tidak,
Ini adalah ... benda yang
sangat
dibutuhkan oleh
Kazuma. Aku harus memberikan ini padanya ....”
“Aku tidak pernah mendengar ada
seseorang yang mencoba mengirimkan benda seperti itu ke dalam sel penjara. Dan juga sedang apa kau di sini larut malam ....”
Suara Aqua terdengar dari kejauhan.
Dia tampaknya sedang berusaha agar
penjaga mau membawakan benda itu kepadaku.
Sepertinya
aku juga harus belajar
bersikap polos seperti si idiot itu.
Anehnya, mendengar Aqua dan penjaga bertengkar dari kejauhan,
justru membuatku tidak
gelisah mengingat diriku akan dibawa ke pengadilan besok.
—Untuk menghilangkan barang bukti, aku melempar
gergaji itu keluar dari jendela, lalu menarik selimut kembali dan tidur.
<< Sebelumnya Selanjutnya >>
<< Sebelumnya Selanjutnya >>
0 komentar:
Post a Comment