Penerjemah: Vee
Editor: Switch
Kazuma dipenjara ....
Bagian 2
—Di kantor
polisi yang terletak di tengah kota.
Sebuah bangunan
yang jarang dikunjungi oleh seorang petualang sepertiku.
“Baiklah, jangan memberontak dan masuklah. Sampai pengadilan
selesai dilaksanakan, kamu akan tinggal di tempat ini.”
Kata Sena yang
berjalan di depanku lalu berhenti di
sebuah sel yang kecil dan gelap.
“Hei, aku adalah
pahlawan yang menyelamatkan kota ini, 'kan? Yang benar saja?
Kau ingin memasukkanku ke dalam sel? Apa kau serius?
Aku sangat
ketakutan setelah melihat sel penjara itu. Aku mencoba
merayu Sena untuk mendapat kepercayaannya, tetapi ....
“Aku akan
menginterogasimu besok,
tinggallah di sini untuk hari ini.”
Sena tidak
menjawab pertanyaanku dan mengabaikanku. Dan seketika para pengawal mendengar
perintahnya, mereka memasukkanku ke dalam sel. Lalu Sena berbalik arah dan meninggalkanku
bersama para pengawal.
“Hei! Tunggu …! Hei …! Hei …. Yang
benar saja ....”
Di dalam sel
yang gelap dan dingin, aku menggenggam jeruji besi
dengan kedua tanganku, dan mulai panik karena kejadian
ini.
.... Padahal
sampai pagi ini, aku masih bisa duduk santai di kediamanku.
Kenapa tiba-tiba
jadi seperti ini?
Tidak tahu apa
yang harus dilakukan, aku melihat sekeliling sel. Aku menemukan beberapa karpet
di lantai yang dingin, toilet di pojok ruangan dan sebuah jendela berjeruji
besi, hanya itu saja.
Ini sangat tidak adil. Memperlakukan orang yang
telah menyelamatkan kota seperti ini sangat keterlaluan. Kemudian aku duduk dan memeluk kedua kakiku sembari menundukkan wajahku di antara kedua
kakiku.
Aku tahu
peraturan di dunia ini sangat tidak masuk akal dan dunia ini juga sangat
berbahaya. Tapi
aku tidak menyangka akan jadi seperti ini.
Kalau
dipikir-pikir, kehidupanku yang dulu sebagai NEET sangatlah indah. Aku bisa tidur sampai siang hari di dalam
ruangan yang hangat, dan menghabiskan sepanjang hari bermain game setelah bangun tidur. Bisa makan
makanan yang telah disiapkan oleh orang tuaku, bisa tidur dan bangun kapan pun
semauku, benar-benar hidup yang nikmat tiada tara.
Tetapi setelah datang ke dunia ini, aku harus hidup dengan
melalui berbagai cobaan dan kesulitan
setiap harinya. Aku juga tidak tahu apa-apa
tentang dunia paralel ini, susah cari pekerjaan yang layak dan bahkan pernah bekerja di bagian industri jasa namun tidak berjalan lancar.
Aku harus bekerja banting tulang dan tidur di
kandang kuda setiap malam. Ditambah lagi, aku harus menabung serta mengurusi
ketiga gadis gila itu. Dan terbebani oleh hutang-hutang mereka …!
Semakin aku
memikirkannya, membuatku naik darah saja. Tunggu saja sampai
aku keluar dari sini, kalian semua!
…. Tetapi ….
“Aku ingin
pulang ... aku sudah muak, aku ingin kembali ke Jepang ....”
Seketika aku ingat
tujuan awalku di dunia ini, yaitu kembali ke Jepang.
Dunia ini menganut sistem feodalisme, atau sekarang lebih
dikenal dengan istilah masyarakat feodal. Dan kini aku tengah menjadi terdakwa
di pengadilan. Tidak ada yang bisa
membantuku, salah sedikit saja, bisa-bisa aku dihukum mati.
Keadaanku saat
ini benar-benar suram,
ditambah berada di dalam
sel yang gelap ini membuatku semakin khawatir. Kemudian di waktu yang sama ....
Ketika aku hendak
menangis di dalam sel, aku mendengar suara langkah kaki sedang
mendekatiku dari kejauhan.
“Hei, aku tidak
akan melawan, jadi bisakah kalian sedikit lebih lembut?!”
“Diam, sampah!
Berjalanlah lebih cepat!”
Bersamaan dengan
berdentingnya suara baju zirah,
terdengar suara lain yang berisik.
Nampaknya ada
tahanan lain yang akan ditahan di dekat selku.
.... Eh, tunggu
dulu. Hanya ada satu sel di sini.
Ayolah, aku
tidak ingin berbagi sel dengan kriminal yang tidak kukenal itu!
“Cepat masuk! Ya
ampun, berapa kali kau ingin kembali ke sini? Ini itu penjara bukan tempat
tinggalmu. Kali ini ada seseorang yang ditahan sebelummu, jadi jangan
berkelahi.”
“Oke, oke, aku
mengerti. Maaf atas keributan tadi …. Eh, bukankah kau
Kazuma? Apa yang kau lakukan di sini?”
—Seseorang yang
memasuki sel ternyata adalah petualang berandalan yang terkenal di kota, si Dust.
“Hei, suatu
kebetulan bisa bertemu denganmu di sini! Jadi, kenapa kau
bisa ditahan?”
Setelah penjaga
pergi, Dust yang terlihat gembira, tanpa alasan tiba-tiba bertanya kepadaku.
“Bukan apa-apa,
mereka hanya berpikir kalau aku adalah seorang teroris. Karena selama
pertarungan melawan Destroyer, akulah yang memberi perintah untuk
menteleportasikan inti Destroyer yang
hendak meledak itu. Pada akhirnya,
ternyata benda itu terkirim ke rumah Tuan Tanah dan meledakkan seluruh
rumahnya.”
Mendengarku
berkata seperti itu, Dust langsung tertawa.
“Wahaha, kau memang hebat, Kazuma! Sudah bau tanah, sikapnya semena-mena pula Tuan Tanah itu! Kerja bagus!
Wahaha, dia pantas mendapatkannya!”
“Hei, tunggu sebentar, aku tidak sengaja melakukannya! Aku
melakukannya bukan karena aku punya
dendam terhadap Tuan Tanah atau semacamnya! Dan terlebih lagi ...
aku penasaran, apa yang kau lakukan di sini, Dust?”
Dari ucapan para
penjaga, nampaknya dia sering masuk ke sini.
“Aku? Bukan
apa-apa. Aku dengar bayaran atas mengalahkan Destroyer sudah cair,
jadi aku makan dan minum sepuasnya, meninggalkan hutang di mana-mana,
kupikir aku bisa melunasinya dengan bayaran itu. Aku kira
bayarannya akan cukup besar, jadi aku sekalian meminjam uang untuk berjudi.
Tapi pada akhirnya, bayaran yang kudapat lebih sedikit dari yang kukira dan aku
tidak bisa melunasi semua hutangku. Tanpa uang sepeser pun,
aku harus tidur di kandang kuda, di tambah
musim ini sedang musim dingin. Aku pikir dijebloskan ke sini lebih baik. Karena aku tidak akan mati kedinginan dan bisa dapat makanan gratis, tanpa perlu bayar makan di tempat makan, dan tentu saja para penagih
tidak bisa mengejarku sampai kemari.
Orang ini
benar-benar hidup seperti namanya.
<TL Note: Namanya Dust aka debu, mungkin maksudnya
menjalani hidup layaknya debu yang terhembus ke sana kemari, serampangan
gitu.>
Mendengar cerita
penyesalan dari berandalan Dust membuat mataku terbuka dan merasa lebih baik terkurung di penjara ini.
<< SebelumnyaSelanjutnya >>
0 komentar:
Post a Comment